JENIS, TEKNIK, DAN CONTOH INSTRUMEN ASESMEN PADA KURIKULUM MERDEKA
Pada
tulisan sebelumnya kita sudah membahas cara menyusun modul ajar pada kurikulum
merdeka. Maka untuk tulisan ini, penulis membahas tentang asesmen pada
kurikulum merdeka. Asesmen ini merupakan hal sangat penting karena kegiatan
asesmen ini tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran. Namun harus diingat oleh
para guru bahwa melaksanakan asesmen bukanlah sekedar untuk mendapatkan skor
ataupun nilai yang nanti digunakan dalam mengisi rapor. Jadi jauh dari hal
tersebut asesmen berfungsi untuk menjadi indikator dalam menentukan apakah
suatu tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Kalau sudah tindak
lanjutnya apa dan kalau belum apa lagi yang harus dilakukan oleh siswa sampai
mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Asesmen
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan
belajar, perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Jenis asesmen
sesuai fungsinya mencakup: asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment
as Learning), asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for Learning),
dan asesmen pada akhir proses pembelajaran (assessment of learning).
Selama ini
pelaksanaan asesmen cenderung berfokus pada asesmen sumatif yang dijadikan
acuan untuk mengisi laporan hasil belajar. Hasil asesmen belum dimanfaatkan
sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran.
Pada
pembelajaran paradigma baru, pendidik diharapkan lebih berfokus pada asesmen
formatif dibandingkan sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk
perbaikan proses pembelajaran yangnberkelanjutan, sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini.
Pada
kurikulum ini guru diharapkan memberikan proporsi lebih banyak pada
pelaksanaan asesmen formatif daripada menitikberatkan orientasi pada
asesmen sumatif. Harapannya, ini akan mendukung proses penanaman kesadaran bahwa
proses lebih penting daripada sebatas hasil akhir.
Ada sejumlah perbedaan utama antara penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa perbedaan yang utama (Regier,
2012)
B. Paradigma
Asesmen
Perencanaan
dan pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif memperhatikan beberapa hal
termasuk salah satunya adalah penerapan pola pikir bertumbuh (Growth
Mindset). Penerapan pola pikir bertumbuh dalam asesmen diharapkan membangun
kesadaran bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran, lebih penting daripada
sebatas hasil akhir. pendidik diharapkan mampu menerapkan ide penerapan pola
piker bertumbuh, sebagaimana uraian di bawah ini:
1. Kesalahan
dalam belajar itu wajar. Jika diterima, dikomunikasikan, dan dicarikan jalan
keluar, maka kesalahan akan menstimulasi perkembangan otak peserta didik.
2. Belajar
bukan tentang kecepatan, tetapi tentang pemahaman, penalaran, penerapan, serta
kemampuan menilai dan berkarya secara mendalam.
3. Ekspektasi
pendidik yang positif tentang kemampuan peserta didik akan sangat mempengaruhi
performa peserta didik.
4. Setiap
peserta didik unik, memiliki peta jalan belajar yang berbeda, dan tidak perlu
dibandingkan dengan teman-temannya.
5. Pengondisian
lingkungan belajar (fisik dan psikis) di sekolah dan rumah akan mempengaruhi
pencapaian hasil belajar.
6. Melatih dan
membiasakan peserta didik untuk melakukan asesmen diri (self assessment),
asesmen antarteman (peer assessment), refleksi diri, dan pemberian umpan
balik antarteman (peer feedback).
7. Apresiasi/pesan/umpan
balik yang tepat berpengaruh pada motivasi belajar peserta didik. Pemberian
umpan balik dilakukan dengan mendeskripsikan usaha terbaik untuk menstimulasi
pola pikir bertumbuh, memotivasi peserta didik, dan membangun kesadaran
pemangku kepentingan bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran lebih
diutamakan dibandingkan dengan hasil akhir.
C. Jenis
Asesmen
Dalam
merancang modul ajar rencana asesmen perlu disertakan dalam perencanaan
pembelajaran. Dalam modul ajar, rencana asesmen ini dilengkapi dengan instrumen
serta cara melakukan penilaiannya. Dalam dunia pedagogi dan asesmen, terdapat
banyak teori dan pendekatan asesmen. Bagian ini menjelaskan konsep asesmen yang
dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka.
Sebagaimana
dinyatakan dalam Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, asesmen adalah aktivitas
yang menjadi kesatuan dalam proses pembelajaran. Asesmen dilakukan untuk
mencari bukti ataupun dasar pertimbangan tentang ketercapaian tujuan
pembelajaran. Maka dari itu, pendidik dianjurkan untuk melakukan
asesmen-asesmen berikut ini:
1. Asesmen
formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar.
a. Asesmen di
awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk
mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Asesmen ini
termasuk dalam kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk kebutuhan guru
dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar
peserta didik yang dilaporkan dalam rapor.
b. Asesmen di
dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran
untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik
yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah
kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah
pembelajaran. Asesmen ini juga termasuk dalam kategori asesmen formatif.
2. Asesmen
sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan
tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau
dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai
dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Berbeda dengan
asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di
akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.
Kedua jenis
asesmen ini tidak harus digunakan dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran
atau modul ajar, tergantung pada cakupan tujuan pembelajaran. Pendidik adalah
sosok yang paling memahami kemajuan belajar peserta didik sehingga pendidik
perlu memiliki kompetensi dan keleluasaan untuk melakukan asesmen agar sesuai
dengan kebutuhan peserta didik masingmasing. Keleluasaan tersebut mencakup
perancangan asesmen, waktu pelaksanaan, penggunaan teknik dan instrumen
asesmen, penentuan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, dan pengolahan
hasil asesmen. Termasuk dalam keleluasaan ini adalah keputusan tentang
penilaian tengah semester. Pendidik dan satuan pendidikan berwenang untuk
memutuskan perlu atau tidaknya melakukan penilaian tersebut.
Pendidik
perlu memahami prinsip-prinsip asesmen. Prinsip tersebut salah satu prinsipnya
mendorong penggunaan berbagai bentuk asesmen, bukan hanya tes tertulis, agar
pembelajaran bisa lebih terfokus pada kegiatan yang bermakna serta
informasi atau umpan balik dari asesmen tentang kemampuan peserta didik juga
menjadi lebih kaya dan bermanfaat dalam proses perancangan pembelajaran
berikutnya.
Untuk dapat
merancang dan melaksanakan pembelajaran dan asesmen sesuai arah kebijakan
Kurikulum Merdeka, berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang asesmen
formatif dan asesmen sumatif sebagai acuan.
D. Asesmen
Formatif
Penilaian
atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses
pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini
dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau
kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi perkembangan
peserta didik.
Penilaian
formatif dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam satu
kali tatap muka, penilaian formatif dapat dilakukan lebih dari satu kali.
Sebagai contoh, pada awal pembelajaran dengan menggunakan teknik respon bersama
(choral response) pendidik mengecek penguasaan peserta didik
terhadap pengetahuan yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Di tengah
pelajaran pendidik mengecek pemahaman peserta didik terhadap apa yang sedang
dipelajarinya hingga pertengahan jam pelajaran itu dengan teknik bertanya.
Selanjutnya, di akhir pelajaran pendidik menggunakan exit slips untuk
mengecek penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang dipelajari hingga
akhir pelajaran saat itu.
Berdasarkan
data dari hasil penilaian formatif pendidik dapat mengetahui bagian mana dari
materi/kompetensi yang telah dikuasai dan apakah masih ada bagian yang belum
dikuasai dengan baik. Selanjutnya pendidik langsung memutuskan tindakan yang
perlu dilakukan, misalnya mengulang pembelajaran pada bagian materi yang belum
dikuasai peserta didik dengan baik, memperbaiki pembelajaran yang sedang
berlangsung dan/atau merancang kegiatan pembelajaran berikutnya berdasarkan
hasil penilaian formatif tersebut. Dengan demikian penilaian formatif
menjadikan pembelajaran lebih berkualitas dan lebih menjamin tercapainya tujuan
pembelajaran bagi setiap peserta didik. Agar penilaian formatif dan
pembelajaran menjadi suatu kesatuan, perencanaan penilaian formatif dibuat menyatu
dengan perencanaan pembelajaran dalam modul ajar.
Informasi
tersebut merupakan umpan balik bagi peserta didik dan juga pendidik.
Bagi
peserta didik, asesmen formatif berguna untuk berefleksi, dengan memonitor
kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta langkahlangkah yang perlu
ia lakukan untuk meningkatkan terus capaiannya. Hal ini merupakan proses
belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Bagi
pendidik, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran
yang digunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi tentang
kebutuhan belajar individu peserta didik yang diajarnya.
Agar
asesmen memberikan manfaat tersebut kepada peserta didik dan pendidik, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik dalam merancang asesmen formatif,
antara lain sebagai berikut:
· Asesmen
formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif dirancang untuk
tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk menentukan nilai
rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting
lainnya.
· Asesmen
formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen. Suatu asesmen
dikategorikan sebagai asesmen formatif apabila tujuannya adalah untuk
meningkatkan kualitas proses belajar.
· Asesmen
formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan.
· Asesmen
formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan balik hasil
asesmen tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
· Asesmen
formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan informasi kepada
pendidik tentang kesiapan belajar peserta didik. Berdasarkan asesmen ini,
pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan pembelajarannya
dan/ atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
· Instrumen
asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, hal-hal
yang masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan mengungkapkan cara untuk
meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa yang diberi umpan balik.
Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah angka
Asesmen
formatif dapat dilakukan di awal pembelajaran dan selama proses pembelajaran.
Maka untuk di awal pembelajaran maka dapat dilakukan melalui asesmen diagnostik
baik kognitif maupun non kognitf. Berikut penjelasan mengenai asesmen
diagnostik ini.
1. Asesmen Diagnotik
Asesmen diagnostik merupakan penilaian yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik dalam menguasai
materi atau kompetensi tertentu serta penyebabnya. Hasil asesmen diagnostik
dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan
(intervensi) yang tepat dan sesuai dengan kelemahan peserta didik.
a. Tujuan Asesmen Diagnostik
Secara
umum, sesuai namanya asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan
dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi
menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif.
Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:
b. Asesmen Diagnostik Non-Kognitif
Asesmen
diagnostik non-kognitif di awal pembelajaran dilakukan untuk menggali hal-hal
seperti berikut:
· Kesejahteraan
psikologis dan sosial emosi sisiwa
· Aktivitas
siswa selama belajar di rumah
· Kondisi
keluarga dan pergaulan siswa
· Gaya
belajar, karakter, serta minat siswa
Tahapan
melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:
1) Persiapan
Contoh kegiatan persiapan;
a) Siapkan alat bantu berupa
gambar-gambar yang mewakili emosi
b) Buat daftar pertanyaan kunci
mengenai aktivitas siswa
2) Pelaksanaan
Contoh kegiatan pelaksanaan:
Meminta
siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah serta menjelaskan
aktivitasnya melalui bercerita, menulis, atau menggambar.
Strategi
pelaksanaannya dapat juga melalui tanya jawab dengan cara sebagai berikut:
a) Pastikan
pertanyaan jelas dan mudah dipahami
b) Menyertakan
acuan atau stimulus informasi yang dapat membantu siswa menemukan jawabannya
c) Memberikan
waktu berpikir pada siswa sebelum menjawab pertanyaan
1) Tindak Lanjut
a) Identifikasi
siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata
b) Menentukan
tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan siswa serta orang tua bila diperlukan
c) Ulangi
pelaksanaan asesmen non-kognitif pada awal pembelajaran
b. Asesmen
Diagnostik Kognitif
Asesmen
Diagnosis Kognitif adalah asesmen diagnosis yang dapat dilaksanakan
secara rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan sebuah topik
pembelajaran baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan
membahas sebuah topik, dan waktu yang lain selama semester (setiap dua minggu/
bulan/ triwulan/ semester).
Asesmen
diagnostik kognitif bertujuan mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik
sebuah mata pelajaran. Guru melakukan asesmen diagnosis
kognitif untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan
kemampuan siswa, bukan untuk mengejar target kurikulum.
Seperti
Bapak/ Ibu guru ketahui, kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas
berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga
yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa
yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.
Asesmen
diagnostik memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk
mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa
saja yang belum paham. Dengan demikian Bapak/ Ibu guru dapat menyesuaikan
materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.
Asesmen
diagnostik kognitif dapat dilaksanakan secara rutin yang disebut asesmen
diagnostik kognitif berkala, pada awal pembelajaran, akhir setelah guru
selesai menjelaskan dan membahas topik, dan waktu lain.
Asesmen
Diagnostik bisa berupa Asesmen Formatif maupun Asesmen Sumatif.
Tahapan
melaksanakan asesmen diagnostik kognitif adalah:
1) Persiapan
Contoh kegiatan persiapan &
pelaksanaan:
a) Buat jadwal
pelaksanaan asesmen
b) Identifikasi
materi asesmen berdasarkan penyederhanaan kompetensi dasar yang disediakan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
c) Susun
pertanyaan sederhana yang meliputi:
· 2 pertanyaan sesuai kelasnya,
dengan topik capaian pembelajaran baru
· 6 pertanyaan dengan topik satu
kelas di bawah
· 2 pertanyaan dengan topik dua
kelas di bawah
(sesuaikan
pertanyaan dengan topik yang menjadi prasyarat untuk bisa mengikuti
pembelajaran di jenjang sekarang)
2) Pelaksanaan
Berikan
asesmen untuk semua siswa di kelas, baik yang belajar tatap muka di sekolah
maupun yang belajar di rumah kalau masih ada.
3) Diagnosis dan Tindak Lanjut
Contoh kegiatan tindak lanjut:
a) Lakukan
pengolahan hasil asesmen
• Buat
penilaian dengan kategori “Paham utuh”, “Paham sebagian”, dan “Tidak paham”
• Hitung
rata-rata kelas
b) Bagi siswa
menjadi tiga kelompok:
• Siswa
dengan nilai rata-rata kelas akan mengikuti pembelajaran dengan ATP sesuai
fasenya.
• Siswa
dengan nilai di bawah rata-rata mengikuti pembelajaran dengan diberikan
pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi.
• Siswa
dengan nilai di atas rata-rata mengikuti pembelajaran dengan pengayaan
c) Lakukan
penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik
pembelajaran baru, untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan rata-rata
kemampuan siswa
d) Ulangi
proses diagnosis ini dengan melakukan asesmen formatif (dengan bentuk dan strategi
yang variatif), sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan. Guru
menyesuaikan aktivitas dan materi belajar di kelas dengan peningkatan
rata-rata semua murid di kelas.
1. Teknik Asesmen Formatif
Ada banyak
teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh (mengelisitasi) informasi/data
mengenai kemajuan penguasaan kompetensi peserta didik yang dapat dipakai dalam
asemen formatif. McCharty (2017) merekomendasikan siklus penilaian formatif
sebagai berikut:
a. Observasi
(Pengamatan)
Saat proses
kegiatan belajar mengajar berlangsung, observasi dapat dilakukan oleh pendidik
untuk mengetahui apa yang sudah dan belum dikuasai oleh peserta didik. Pendidik
dapat mengetahui apa yang telah dan/atau belum dikuasai oleh peserta didik
melalui apa yang dikatakan, dilakukan, dan dihasilkan oleh peserta didik.
Terdapat
beberapa bentuk instrumen yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk
mendapatkan data mengenai kemajuan peserta didik: (a) Catatan Anekdot,
(b) Buku Catatan Anekdot, (c) Kartu Catatan Anekdot, dan (d) Label atau Catatan
Tempel (Sticky Notes).
Bentuk
instrument untuk teknik observasi dapat juga kita lakukan seperti selama ini
pada kurikulum 2013 misalnya dengan menggunakan jurnal pembelajaran baik oleh
guru ataupun walikelas/BK. Selain itu dapat juga menggunakan catatan anekdot
dari beberapa contoh bentuk instrument di atas.
Catatan
anekdot merupakan catatan singkat yang ditulis selama pelajaran di saat
para peserta didik sedang bekerja dalam kelompok maupun secara individual,
ataupun setelah pelajaran usai. Pendidik membuat catatan mengenai kemajuan
peserta didik menuju pencapaian target belajar. Catatan yang dibuat dapat
menggambarkan kemajuan peserta didik secara umum dan/atau secara individual.
Catatan
anekdot memiliki beberapa fitur:
1) Menerangkan tanggal, tempat dan
waktu berlangsungnya kejadian, dan siapa observernya.
2) Melukiskan peristiwa yang
faktual dan obyektif.
3) Pencatatan dilakukan saat proses
belajar mengajar berlangsung atau setelah selesai kegiatan belajar mengajar
sebagai hasil refleksi pendidik.
4) Bersifat selektif, dipilih
peristiwa yang penuh arti dan ada hubungannya dengan target pembelajaran.
5) Diberikan solusi, tindak lanjut,
atau umpan balik dari kejadian yang terjadi pada peserta didik.
Contoh
catatan anekdot:
a. Bertanya (Questioning)
Jawaban
peserta didik terhadap pertanyaan pendidik dapat memberikan gambaran yang baik
tentang kemajuan penguasaan kompetensi mereka. Pertanyaan harus dirumuskan dan
disampaikan dengan baik oleh pendidik kepada peserta didik secara lisan.
Peserta didik diberi waktu yang cukup untuk berpikir, mengingat apa yang telah
dipelajari. Pertanyaan pendidik tidak saja menjadikan pendidik mengetahui
sampai di mana peserta didik telah menguasai kompetensi yang dituju, tetapi
juga membantu peserta didik belajar. Pertanyaan biasanya disampaikan secara
lisan pada awal, tengah, atau akhir pelajaran.
Tingkat
kesulitan dan/atau jenis pertanyaan yang diberikan hendaknya bervariasi, dan
menyertakan pertanyaan yang tidak sekedar menuntut ingatan akan sekumpulan
fakta atau angka, tetapi pertanyaan yang mendorong pelibatan proses kognitif
tingkat tinggi (higher order thinking skills).
b. Diskusi
Diskusi di
kelas bisa memberikan banyak informasi mengenai penguasaan peserta didik
terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Diskusi membangun pengetahuan dan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Diskusi memungkinkan
peserta didik untuk meningkatkan wawasan dan kedalaman pemahaman mereka
sekaligus meluruskan informasi yang salah. Pendidik dapat memulai diskusi
dengan memberikan pertanyaan terbuka untuk para peserta didik, kemudian menilai
pemahaman peserta didik dengan mendengarkan jawaban mereka dan dengan membuat
catatan anekdot.
c. Admits/Exit
Slips
Admit
Slips hampir sama dengan Exit Slips, perbedaannya Admit
Slips dilakukan sebelum pembelajaran di kelas dimulai. Peserta didik
dapat diminta untuk menuliskan komentar pada sebuah kartu di awal pembelajaran.
Kartu-kartu ini dikumpulkan sebagai syarat untuk masuk ke kelas dan biasanya
tidak dinilai serta tidak diberi nama.
Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk mengetahui tanggapan peserta didik tentang apa yang
mereka pelajari atau yang akan ditemui di dalam kelas, serta mengaktifkan
pengetahuan awal mereka atau menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dan
pelajari. Exit Slips dan Admit Slips dapat
digunakan pada semua mata pelajaran.
Exit
Slips adalah jawaban tertulis atas pertanyaan yang diberikan pendidik pada
akhir pelajaran untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep
inti. Pertanyaan biasanya hanya membutuhkan maksimal 5 menit untuk diselesaikan
dan dikumpulkan saat peserta didik meninggalkan ruangan. Pendidik dapat dengan
cepat mengetahui mana peserta didik yang sudah paham, yang membutuhkan sedikit
bantuan, dan yang akan membutuhkan pembelajaran yang lebih banyak mengenai
konsep tersebut.
d. Lembar
Refleksi
Lembar
refleksi digunakan oleh peserta didik untuk mencatat proses yang mereka lalui
dalam mempelajari sesuatu dan apa yang mereka peroleh, sekaligus mencatat
pertanyaan-pertanyaan yang perlu mereka temukan jawabannya. Refleksi memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membuat hubungan antara apa yang mereka sudah
pelajari, menentukan tujuan, dan melakukan refleksi terhadap proses belajar
mereka.
Dengan
membaca lembar refleksi peserta didik, pendidik memperoleh umpan balik terhadap
keefektifan proses pembelajarannya, dan dapat menyampaikan umpan balik mengenai
apa yang sudah dilakukan dengan baik oleh peserta didik serta saran untuk
hal-hal yang perlu diperbaiki. Dengan demikian pendidik dapat menjadikan lembar
refleksi sebagai sebuah alat yang efektif untuk pembelajaran.
Contoh
lembar refleksi:
f. Penilaian
Diri dan Penilaian Antarteman (Self- dan Peer-Assessment)
Penilaian
Diri dan Penilaian Antarteman menjadikan peserta didik mengevaluasi dirinya
sendiri atau teman sekelasnya mengenai kemajuan belajarnya dan melakukan
refleksi atas proses pembelajaran mereka. Pendidik dapat memeriksa hasil
penilaian diri peserta didik maupun penilaian antar teman untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik. Penilaian diri dan antar
teman ini dapat juga kita tambah dengan penilaian oleh orang tua terhadap
anaknya selama di rumah.
Contoh penilaian
diri:
Seperti
teknik-teknik penilaian formatif lainnya, penilaian diri dapat digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai perkembangan penguasaan kompetensi tertentu.
Pendidik memasukkan butir-butir pernyataan (indikator) yang hendak diketahui
penguasaannya oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan.
g. Kuis
Konstruktif
Untuk
menilai perkembangan peserta didik dalam penguasaan kompetensi, pendidik dapat
memberikan kuis konstruktif. Kuis ini diberikan selama proses pembelajaran
berlangsung. Kuis konstruktif tidak hanya memberikan umpan balik bagi pendidik,
tapi juga bisa membantu peserta didik merefleksikan penguasaan mereka atas
kompetensi yang dipelajari.
Setelah
peserta didik selesai menuliskan jawaban mereka, pendidik meminta peserta didik
menyerahkan lembar jawab bagian kiri, dan memegang lembar jawab bagian kanan.
Selanjutnya pendidik mengajak peserta didik bersama-sama memeriksa
jawaban. Berdasarkan jawaban peserta didik terhadap pertanyaan pada kuis,
pendidik dapat menentukan status setiap peserta didik dalam kaitannya dengan
target pembelajaran (penguasaan materi/kompetensi) dan langsung memberikan
umpan baliknya. Demikian juga dengan para peserta didik, dapat dengan cepat
menilai perkembangan dirinya sendiri.
h. Penugasan
Asesmen
formatif dapat dilakukan pendidik dengan cara memberi tugas yang dapat
dikerjakan peserta didik sebagai pekerjaan rumah (PR). Tugas tersebut dapat
dikerjakan secara individu atau kelompok. Dari hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh peserta didik, pendidik dapat mengetahui perkembangan peserta
didik dalam menguasai materi/kompetensi secara kelompok atau individu.
Selanjutnya pendidik memberi umpan balik dan merancang pembelajaran yang tepat
untuk memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
Namun ada
yang perlu menjadi catatan bagi pendidik untuk memberikan penugasan, karena
penugasan diberikan untuk memperkuat penguasaan suatu kompetensi oleh siswa.
Jadi dalam suatu pembelajaran belum tentu ada penugasan ini kalau penguasaan
kompetensi atau tujuan pembelajaran sudah terkuasai dengan baik oleh siswa.
i. Daftar Cek
Daftar cek
kelas merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai
pemahaman peserta didik selama satu bab pembelajaran. Sebelum memulai satu bab
baru, pendidik membuat daftar semua keterampilan yang perlu dikuasai oleh
peserta didik. Dalam tabel, daftar nama peserta didik ditulis di sebelah kiri
dan keterampilan pada bagian atas. Tabel dipasang pada papan dan di letakkan di
tempat yang mudah dijangkau. Selama peserta didik mengikuti kegiatan
pembelajaran, pendidik mengamati dan memberi tanda centang pada keterampilan
yang ditunjukkan oleh peserta didik dengan tingkat kemahiran yang diinginkan.
Berikut ini
adalah contoh daftar cek untuk kelas berbicara pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
a. Pertanyaan
dengan Jawaban Terbuka
Pertanyaan-pertanyaan
dengan jawaban terbuka memungkinkan pendidik untuk menentukan perkembangan
capaian belajar peserta didik. Pendidik memberi pertanyaan yang tidak bisa
dijawab hanya dengan ‘ya’ atau ‘tidak’ atau jawaban satu kata lainnya.
Pertanyaan terbuka mengharuskan peserta didik berpikir tentang jawaban mereka
dan menggunakan pengetahuan dan pemahaman mereka mengenai sebuah topik dalam
jawaban mereka. Pertanyaan-pertanyaan dengan kata ‘mengapa, bagaimana,’ sering
mendorong pemikiran yang lebih mendalam.
Selain dari
tujuh contoh teknik asesmen formatif di atas, guru juga dapat melakukan asesmen
formatif melalui presentasi, membuat peta konsep, graphic organizer,
penilaian kinestetik, papan bicara, jawaban bersama, contoh dan bukan contoh,
tunjuk lima jari, menyebutkan hal-hal yang sudah dipelajari, uraian singkat,
ringkasan singkat, memecahkan maslah, kartu jawaban, dan pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat oleh peserta didik.
1. Contoh-Contoh Pelaksanaan
Asesmen Formatif
Asesmen formatif dapat dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan
pembelajaran sampai dengan pelaksanaan pembelajaran. Di bawah ini ada beberapa
contoh pelaksanaan asesmen formatif.
a. Pendidik
memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan berkaitan dengan
konsep atau topik yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
b. Pendidik mengakhiri kegiatan
pembelajaran di kelas dengan meminta peserta didik untuk menuliskan 3 hal
tentang konsep yang baru mereka pelajari, 2 hal yang ingin mereka pelajari
lebih mendalam, dan 1 hal yang mereka belum pahami.
c. Kegiatan
percobaan dilanjutkan dengan diskusi terkait proses dan hasil percobaan,
kemudian pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta didik.
d. Pendidik memberikan pertanyaan
tertulis, kemudian setelah selesai menjawab pertanyaan, peserta didik
diberikan kunci jawabannya sebagai acuan melakukan penilaian diri.
e. Penilaian
diri, penilaian antarteman, pemberian umpan balik antar teman dan refleksi.
Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk menjelaskan secara lisan atau
tulisan (misalnya, menulis surat untuk teman) tentang konsep yang baru
dipelajari.
f. Pada PAUD,
pelaksanaan asesmen formatif dapat dilakukan dengan melakukan observasi
terhadap perkembangan anak saat melakukan kegiatan bermain-belajar.
g. Pada
pendidikan khusus, pelaksanaan asesmen diagnostik dilakukan untuk menentukan
fase pada peserta didik sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik, misalnya: salah satu peserta didik pada kelas X
SMALB (Fase E) berdasarkan hasil asesmen diagnostik berada pada Fase C sehingga
pembelajaran peserta didik tersebut tetap mengikuti hasil asesmen diagnostik
yaitu Fase C.
2. Umpan Balik
Mengapa umpan
balik penting?
Umpan balik
merupakan kumpulan informasi mengenai bagaimana seseorang melakukan suatu
kegiatan. Umpan balik biasanya berisi hal baik yang sudah dilakukan, hal
yang butuh perbaikan dan hal yang bisa dikembangkan untuk aktivitas selanjutnya
Bagi guru
• Memberi
informasi perkembangan murid untuk memodifikasi pengajaran dan pembelajaran di
masa depan.
Bagi Murid
• Membantu
murid untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka sehingga murid dapat
mengatur dan merasa berperan dalam proses pembelajaran mereka.
• Memberikan
umpan balik kepada sesama teman juga memberikan kesempatan bagi murid untuk
belajar dari satu sama lain.
10 Prinsip Pemberian Umpan Balik
yang Efektif
Prinsip ini
diterjemahkan dan diadopsi dari Model Pemberian Umpan Balik yang dua arah (dialogical)
dari Nicol, D. (2010) From monologue to dialogue: improving written feedback
processes in mass higher education. Assessment & Evaluation in
Higher Education, 35(5), 501-517
Membuat umpan balik yang efektif
• Harus terdiri dari
ü feed up (mengklarifikasi tujuan dengan murid),
ü feedback (tanggapan atas pekerjaan murid dan kemajuan mereka)
ü feed forward (saran bagi murid untuk dipakai di masa depan
menggunakan data dari feedback).
• Membutuhkan
tujuan dan sasaran yang jelas dan dapat dimengerti oleh murid dan guru.
• Memungkinkan murid untuk mengidentifikasi:
ü apa yang mereka ketahui,
ü apa yang mereka pahami,
ü di mana mereka membuat kesalahan,
ü di mana mereka memiliki kesalahpahaman
ü kapan mereka terlibat / tidak terlibat dalam pembelajaran.
Umpan Balik Guru (Teacher Feedback)
Pertanyaan panduan untuk guru:
• Apa saja
komponen penting yang perlu ada?
• Dokumen apa
yang bisa dipakai guru untuk menjadi acuan penulisan umpan balik yang efektif
dan objektif?
• Apakah ada
format umpan balik yang sederhana dan mudah dipahami oleh murid?
• Seberapa
sering umpan balik harus diberikan?
• Seberapa
panjang dan detail penulisan umpan balik yang efektif (apabila diberikan
tertulis)?
• Bagaimana
agar murid tertarik untuk membaca umpan balik dan mendapatkan manfaat yang
maksimal?
Umpan Balik Teman (Peer
Feedback)
Pertanyaan panduan untuk murid:
• Apa saja
komponen penting yang perlu ada?
• Apa yang
bisa kamu pakai untuk membantu kamu memberikan umpan balik yang efektif dan
objektif bagi temanmu?
• Apa hal
baik yang sudah dilakukan oleh temanmu?
• Apa hal
yang bisa diperbaiki/ dikembangkan lagi oleh temanmu?
• Apa yang
bisa dilakukan oleh temanmu agar karyanya bisa lebih baik lagi di kemudian
hari?
• Informasi
apa yang kamu rasa akan bermanfaat untuk membantu pengembangan diri temanmu?
Ladder of Feedback
Contoh praktik baik
memberikan umpan balik secara berjenjang
E. Asesmen
Sumatif
1. Konsep
Asesmen Sumatif
Asesmen
sumatif mempunyai beberapa konsep seperti pada uraian berikut:
a. Metode evaluasi yang dilakukan
di akhir pembelajaran.
b. Asesmen
sumatif seringkali memiliki taruhan tinggi karena berpengaruh terhadap nilai
akhir murid sehingga sering diprioritaskan murid daripada asesmen
formatif.
c. Umpan balik
dari asesmen hasil akhir ini (sumatif) dapat digunakan untuk mengukur perkembangan
murid untuk memandu guru dan sekolah merancang aktivitas mereka untuk projek
berikutnya.
2. Tujuan dan
Fungsi Asesmen Sumatif
Penilaian
atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan
pembelajaran dan/atau CP peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas
dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar
peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta
didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sementara
itu, pada pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui
capaian perkembangan peserta didik dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk
penentuan kenaikan kelas atau kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan
hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat
ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adapun asesmen
sumatif dapat berfungsi untuk:
a. alat ukur
untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih
tujuan pembelajaran di periode tertentu;
b. mendapatkan
nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang
telah ditetapkan; dan
c. menentukan
kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.
Asesmen
sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu
lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada
akhir semester dan pada akhir fase; khusus asesmen pada akhir semester, asesmen
ini bersifat pilihan. Jika pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi atau
informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, maka
dapat melakukan asesmen pada akhir semester.
Sebaliknya,
jika pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1
semester telah mencukupi, maka tidak perlu melakukan asesmen pada
akhir semester. Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif,
pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya
berupa tes, namun dapat menggunakan observasi dan performa (praktik,
menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).
F. Contoh
Bentuk Asesmen Formatif dan Sumatif
Asesmen
dapat dilakukan secara berbeda di jenjang tertentu,
sesuai dengan karakteristiknya. Untuk jenjang PAUD, teknik
penilaian tidak menggunakan tes tertulis, melainkan dengan berbagai cara yang
disesuaikan dengan kondisi satuan PAUD, dengan menekankan pengamatan pada anak
secara autentik sesuai preferensi satuan pendidikan. Ragam bentuk asesmen yang
dapat dilakukan, antara lain: catatan anekdot, ceklis, hasil karya,
portofolio, dokumentasi, dll.
Untuk pendidikan
khusus, asesmen cenderung lebih beragam karena perlu pendekatan
individual. Pada Pendidikan Kesetaraan, asesmen mata
pelajaran keterampilan dapat berbentuk observasi,
demonstrasi, tes lisan, tes tulis, portofolio, dan/atau uji kompetensi pada
Lembaga sertifikasi dan kompetensi.
Sementara
itu pada SMK, terdapat bentuk penilaian atau asesmen khas yang
membedakan dengan jenjang yang lain, yaitu: Asesmen Praktik Kerja
Lapangan (PKL), Uji Kompetensi Kejuruan, Ujian Unit Kompetensi,
1. Contoh bentuk asesmen tidak
tertulis
a. Diskusi kelas
· Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi murid di depan publik dan mengemukakan pendapat.
· Melatih
murid untuk belajar berdemokrasi, mendengarkan dan menerima pendapat orang lain
yang mungkin berbeda dengannya, juga merespons pendapat tersebut dengan cara
yang sopan dan simpatis.
b. Produk
· Membuat
model miniatur 3 dimensi (diorama), produk digital, produk seni, dll.
· Mengembangkan
kreativitas.
· Menanamkan
pengertian mengenai sebuah peristiwa
c. Drama
· Mengembangkan
kemampuan seni peran dan berkomunikasi murid.
· Mendorong
murid untuk melihat sebuah masalah dari perspektif yang berbeda sehingga dapat
menumbuhkan jiwa empati dan berpikiran kritis murid.
d. Presentasi
· Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi
· Mendorong
murid untuk memahami topik presentasi dengan mendalam
e. Tes Lisan
· Kuis tanya
jawab secara lisan
· Mengonfirmasi
pemahaman murid
· Menerapkan
umpan balik
2. Contoh bentuk asesmen tertulis
a. Refleksi
· Melatih
murid untuk berperan aktif dalam mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri dan
memikirkan bagaimana cara mereka dapat memperbaiki diri.
· Hasil
refleksi ini dapat digunakan guru untuk melihat sisi lain proses pembelajaran
murid
b. Esai
· Mengasah
keterampilan menulis akademis murid, seperti mengembangkan argumen, menyajikan
bukti, mencari sumber terpercaya untuk mendukung argumen, dan menggunakan
referensi dengan tepat.
· Mengembangkan
cara berpikir kritis dan daya analisis murid.
c. Jurnal
· Melatih
kemampuan murid untuk mengorganisasi dan mengekspresikan ide/pemikiran mereka
dalam bentuk tulisan.
· Biasanya
ditulis dengan bahasa yang kurang formal sehingga memberikan murid kebebasan
berpikir kreatif.
· Menjadi
alat untuk murid merefleksikan perkembangan mereka secara berkesinambungan.
d. Poster
· Mendorong
kemampuan murid untuk mengeksplorasi topik dan mengkomunikasikan pemahaman
mereka dengan cara semenarik mungkin
e. Tes
Tertulis
· Kuis
pilihan ganda
· Kuis
pertanyaan
· Menerapkan
umpan balik
G. Menentukan
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Untuk
mengetahui apakah peserta didik telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran,
pendidik perlu menetapkan kriteria atau indikator ketercapaian tujuan
pembelajaran. Kriteria ini dikembangkan saat pendidik merencanakan asesmen,
yang dilakukan saat pendidik menyusun perencanaan pembelajaran, baik dalam
bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran ataupun modul ajar.
Kriteria
ketercapaian ini juga menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih/membuat
instrumen asesmen, karena belum tentu suatu asesmen sesuai dengan tujuan dan
kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria ini merupakan penjelasan
(deskripsi) tentang kemampuan apa yang perlu ditunjukkan/didemonstrasikan
peserta didik sebagai bukti bahwa ia telah mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan
demikian, pendidik tidak disarankan untuk menggunakan angka mutlak (misalnya,
75, 80, dan sebagainya) sebagai kriteria. Yang paling disarankan adalah
menggunakan deskripsi, namun jika dibutuhkan, maka pendidik diperkenankan untuk
menggunakan interval nilai (misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan sebagainya).
Dengan
demikian, kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah peserta didik telah
mencapai tujuan pembelajaran dapat dikembangkan pendidik dengan menggunakan
beberapa pendekatan, di antaranya:
1. menggunakan
deskripsi sehingga apabila peserta didik tidak mencapai kriteria tersebut maka
dianggap belum mencapai tujuan pembelajaran.
Contohnya,
dalam tugas menulis laporan, pendidik menetapkan kriteria ketuntasan: Laporan
peserta didik menunjukkan kemampuannya menulis teks eksplanasi, hasil
pengamatan, dan pengalaman secara jelas. Laporan menjelaskan hubungan
kausalitas yang logis disertai dengan argumen yang logis sehingga dapat
meyakinkan pembaca.
2. menggunakan
rubrik yang dapat mengidentifikasi sejauh mana peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran.
Contohnya,
dalam tugas menulis laporan, pendidik menetapkan kriteria ketuntasan yang
terdiri atas dua bagian: Isi laporan dan penulisan. Dalam rubrik terdapat empat
tahap pencapaian, dari baru berkembang, layak, cakap hingga mahir. Dalam setiap
tahapan ada deskripsi yang menjelaskan performa peserta didik. Pendidik
menggunakan rubrik ini untuk mengevaluasi laporan yang dihasilkan oleh peserta
didik.
3. menggunakan
skala atau interval nilai, atau pendekatan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan
kesiapan pendidik dalam mengembangkannya.
Contoh:
Pendidik membandingkan hasil tulisan peserta didik dengan rubrik untuk
menentukan ketercapaian peserta didik. Untuk
setiap kriteria terdapat 4 (empat) skala pencapaian (1-4)
Keterangan:
0 - 40% =
belum mencapai, remedial di seluruh bagian
41 - 60%
= belum mencapai ketuntasan, remedial di bagian yang diperlukan
61 - 80%
= sudah mencapai ketuntasan, tidak perlu remedial
81 - 100%
= sudah mencapai ketuntasan, perlu pengayaan/tantangan lebih
H. Menentukan
Kriteria Kenaikan Kelas
Satuan
pendidikan diberikan keleluasaan untuk menentukan kebijakan kenaikan kelas.
Pendidik diharapkan mampu menjalankan fungsi asesmen secara optimal sehingga
mampu mendiagnostik perkembangan peserta didik.
Hasil
diagnostik digunakan sebagai rujukan untuk melakukan tindak lanjut
pembelajaran. Demikian juga asesmen formatif dan sumatif diharapkan berjalan
dengan baik, sehingga pada akhir fase, semua peserta didik naik kelas karena
telah mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Pendidik
dan satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menentukan kriteria kenaikan
kelas, dengan mempertimbangkan:
1. Laporan Kemajuan Belajar
2. Laporan Pencapaian Projek Profil Pelajar Pancasila
3. Portofolio peserta didik
4. Ekstrakurikuler/prestasi/penghargaan peserta didik
5. Tingkat kehadiran
Sumber:
Kemdikburistek. 2022. Panduan
Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Menengah. Jakarta. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan,
Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Kemdikburistek. 2021. Panduan Pembelajaran dan
Asesmen. Jakarta. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan, Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi.
Kemdikbud. 2020. Buku Saku Asesmen Diagnosis Kognitif.
Jakarta. Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan
dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kemdikbud. 2019. Model Penilaian Formatif pada Pembelajaran Abad
ke-21 untuk Sekolah Dasar. Jakarta. Pusat Penilaian Pendidikan.