CARA MERANCANG PEMBELAJARAN DAN ASESMEN KURIKULUM MERDEKA SEBELUM MENYUSUN MODUL AJAR
Pada
tulisan sebelumnya kita sudah menyusun tujuan pembelajaran dan alur tujuan
pembelajaran. Setelah Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP) dibuat sebaiknya kita menyusun rancangan pembelajaran dan asesmen
terlebih dahulu sesuai dengan paradigma pembelajaran yang baru. Kemudian baru
dilanjutkan nanti menyusun modul ajar ataupun materi ajar.
Pembelajaran dan asesmen pada
kurikulum merdeka ini mempunyai masing-masing lima prinsip pembelajaran dan
lima prinsip asesmen. Prinsip-prinsip ini merupakan salah satu hal yang
diatur oleh pemerintah pusat, namun untuk implementasi selanjutnya satuan
pendidikan ataupun guru yang mendesainnya.
- Pembelajaran
dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat
pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta
mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang beragam sehingga
pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
Sesuai
dengan prinsip ini maka seharusnya guru dalam membuat perangkat ajar memetakan
dulu kemampuan awal siswa dan disesuaikan juga perangkat ajar tersebut
dengan kebutuhan siswa. Maka untuk mewujudkan hal tersebut guru
perlu menganalisis lingkungan sekolah, sarana dan prasarana untuk
mendukung pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
serta memvariasikan model/metode pembelajaran sesuai dengan gaya
belajar, jenis kecerdasan, minat, dan bakat siswa.
Di samping
itu guru perlu juga menyesuaikan tuntutan pembelajaran dalam hal produk
pembelajaran divariasikan sesuai dengan gaya belajar, minat, kebutuhan, dan
bakat siswa. Contoh differensiasi produk ini adalah sebagai berikut:
● Untuk kelompok siswa yang gemar menulis dan visual, bisa dengan tugas
menulis laporan dengan ilustrasi atau infografis.
● Untuk kelompok yang yang gemar bercerita tugas berupa membuat rekaman
sandiwara radio atau rekaman siaran/pot cast tentang siklus air.
● Untuk kelompok peserta didik yang kinestetik, bisa melakukan presentasi
dalam bentuk drama singkat atau gerakan yang menunjukkan siklus air.
- Pembelajaran
dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
Pada
prinsip ini diharapkan peran guru sebagai fasilitator itu
betul-betul dilaksanakan. Pembelajaran dimulai dengan memberikan stimulus berupa pertanyaan
pemantik, siswa berkolaborasi, ada umpan balik antara guru dengan
siswa ataupun siswa dengan siswa, dan melibatkan siswa dengan kebiasaan
bertanya sehingga pada akhirnya akan muncul pemahaman bermakna. Kalau
hal ini sudah terbiasa, maka nantinya siswa dapat menjadi pribadi yang mandiri
dalam belajar.
Sebagai
catatan bagi guru sesuai prinsip ini adalah dengan menghindari metode
ceramah, hanya memberi tugas tanpa umpan balik, dan lebih banyak melaksanakan
penilaian sumatif (akhir) daripada formatif (proses).
- Proses pembelajaran
mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara
holistik.
Pada
prinsip ini guru harus menerapkan metode pembelajaran terbaru untuk
mewujudkan kompetensi peserta didik. Metode pembelajaran ini misalnya metode/model
inkuiri, projek, berbasis masalah, berbasis tantangan, dan
pembelajaran differensiasi. Selain itu juga guru perlu
melihat kegiatan pembelajaran dari berbagai perspektif yang mendukung kognitif,
sosial emosi, dan spiritual. Kemudian juga guru harus melihat profil pelajar
pancasila itu sebagai target cerminan karakter pada peserta didik dan bukan
sebagai sesuatu yang harus diajarkan dan dihafal.
Selanjutnya
agar pembelajaran dapat memotivasi siswa, maka perlu lingkungan
belajar meliputi susunan kelas secara personal, sosial, dan fisik.
Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan dan minat
peserta didik dalam belajar.
Contoh pengkondisian
ini antara lain adalah:
● Menyiapkan meja dan kursi peserta didik yang mudah untuk dipindah
tempatkan dan diatur tata letaknya untuk menyesuaikan dengan aktivitas
pembelajaran.
● Sediakan sudut baca kelas untuk mendekatkan peserta didik pada buku
sebagai salah satu sumber belajar.
● Buat jam kunjung perpustakaan, agar peserta didik dapat meluangkan waktu
secara khusus mengakses informasi dalam buku tanpa terganggu tugas atau
aktivitas lainnya.
● Gunakan semua tempat di sekolah untuk memfasilitasi pembelajaran, misal:
kantin untuk mengajarkan dan mencontohkan gaya hidup sehat, kebun sekolah untuk
pembelajaran IPAS, dll.
● Melibatkan peserta didik untuk membantu mengatur, menata, menyusun
tempat yang aman dan nyaman dimana mereka bisa mengakses dan memilih sumber
belajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan berani mencoba aktivitas
belajar baru.
- Pembelajaran yang
relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan dan
budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai
mitra.
Pada
prinsip ini menekankan pada pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran
kontekstual ini menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata atau
kehidupan siswa sehingga siswa tersebut merasa terlibat dalam pembelajaran dan
pada akhirnya pembelajaran tersebut bermanfaat baginya. Orang
tua harus dijadikan mitra dalam pembelajaran sehingga terdapat
komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik antara guru dengan orang
tua. Selain itu dalam pembelajaran yang kontekstual dapat melibatkan
tenaga ahli profesional, masyarakat, ataupun lembaga lain dalam pembelajaran
baik sebagai narasumber primer ataupun sekunder. Jadi sumber belajar itu
bukan hanya guru ataupun buku melainkan juga pihak lain yang bisa
diajak ke sekolah ataupun siswa yang diajak berkunjung atau ditugaskan ke suatu
tempat atau lembaga tertentu sesuai dengan konteks pembelajarannya.
- Pembelajaran
berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
Pada
prinsip ini guru harus merubah paradigmanya dalam pembelajaran. Pembelajaran
itu membangun pemahaman bermakna dengan memberi dukungan lebih banyak di awal
untuk kemudian perlahan melepas sedikit demi sedikit dukungan tersebut untuk
akhirnya menjadi pembelajar yang mandiri dan merdeka. Supaya pemahaman
bermakna tersebut dapat dikuasai siswa maka dalam pembelajarannya guru harus
membelajarkan keterampilan abad 21 bukan sekedar hanya mengetes atau
menilai keterampilan tersebut dalam suatu pembelajaran.
Pembelajaran Bermakna
Pembelajaran bermakna
adalah sebuah proses yang bertujuan untuk membangun pemahaman konsep
yang dipelajari. Agar bermakna proses ini bersifat aktif,
konstruktif, dan melibatkan peserta didik dalam seluruh prosesnya.
Pertimbangan yang perlu
dilakukan dalam merancang pengalaman belajar yang bermakna antara lain adalah:
- Pengetahuan yang
akan dipelajari harus masuk akal bagi peserta didik. Konsep
yang dipelajari dan aktivitas yang dilakukan dapat dihubungkan dengan
kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan atau
dicarikan solusinya oleh siswa..
- Pendekatan
yang berpusat kepada siswa. Ketika siswa lebih terlibat dalam
proses belajar, mereka akan memiliki pemahaman lebih baik tentang tujuan
pembelajaran. Guru mengajukan pertanyaan terbuka, mendorong kolaborasi dan
proyek kelompok, serta memberi tugas yang melatih kemampuan refleksi dan
sintesa.
- Melibatkan banyak
referansi dan sumber belajar. Siswa dapat belajar dari berbagai buku,
majalah, jurnal penelitian, TV, internet, narasumber/profesional.
Rancangan pembelajaran
bermakna dapat dilihat pada contoh dibawah ini.
Pembelajaran Diffrensiasi
Pembelajaran differensiasi
dapat berarti bahwa membelajarkan suatu konten pembelajaran yang sama kepada
semua siswa dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran atau
mungkin mengharuskan guru untuk memfasilitasi pembelajaran berdasarkan
pada berbagai tingkat kesulitan berdasarkan kemampuan masing-masing
siswa.
Guru dalam menerapkan
pembelajaran differensiasi di dalam pembelajarannya dapat berupa:
- merancang
pembelajaran berdasarkan gaya belajar siswa.
- kelompokkan siswa
berdasarkan minat, topik, atau kemampuan bersama untuk menyelesaikan suatu
tugas.
- menilai suatu
pembelajaran lebih menggunakan penilaian formatif.
- mengelola kelas
untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
- terus melakukan
refleksi dan menyesuaikan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
siswa.
Empat Cara untuk Penerapan
Pembelajaran Diffrensiasi
Penerapan pembelajaran
differensiasi dapat dilaksanakan melalui isi, proses, produk, dan lingkungan
belajar.
- Isi
Guru
dapat memdedakan konten atau isi pembelajaran dengan merancang
kegiatan untuk kelompok siswa yang mencakup berbagai tingkat Taksonomi Bloom
(pengklasifikasian tingkat perilaku intelektual dari keterampilan berpikir
tingkat rendah ke keterampilan berpikir tingkat tinggi). Keenam tingkatan
tersebut adalah: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta.
Siswa yang
belum bisa dan belum terbiasa dengan pembelajaran tuntutan tingkat tinggi dapat
diminta untuk menyelesaikan tugas pada yang tingkat rendah: mengingat dan
memahami. Siswa dengan kemampuan tingkat penguasaan sedang dapat diminta untuk
menerapkan dan menganalisis konten, dan siswa yang memiliki tingkat penguasaan
yang tinggi dapat diminta untuk menyelesaikan tugas di bidang mengevaluasi dan
mencipta.
Contoh
kegiatan differensiasi dari sisi isi atau konten antara lain adalah:
● Mencocokkan kosakata dengan defenisi
● Membaca bagian teks dan menjawab pertanyaan terkait
● Pikirkan situasi yang terjadi pada karakter dalam cerita dan hasil
berbeda
● Membedakan fakta dari opini dalam cerita
● Identifikasi posisi penulis dan berikan bukti untuk mendukung sudut
pandang
● Buat presentasi power point, peta konsep, dan graphic organizer untuk
mengungkapkan hasil pembelajaran
- Proses
Setiap
siswa mempunyai gaya belajar yang disukai dan pembelajaran differensiasi yang
berhasil mencakup cara penguasaan materi atau kompetensi ke setiap gaya
belajar: visual, auditori, dan kinestetik. Metode
terkait proses ini juga menjawab fakta bahwa tidak semua siswa memerlukan
jumlah dukungan yang sama dari guru, dan siswa dapat memilih untuk
belajar secara berpasangan, kelompok kecil, ataupun individu. Sementara itu
beberapa siswa yang lain mungkin bisa berinteraksi langsung dengan guru
atau temannya sebagai tutor sebaya dan siswa lainnya lagi dapat maju
dengan sendirinya. Jadi guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan menawarkan dukungan berdasarkan kebutuhan siswa sebagai individu yang
unik dan berbeda antara satu sama lainnya.
Contoh
untuk kegiatan pembelajaran differensiasi berdasarkan proses antara lain
adalah:
● Menyediakan buku teks untuk siswa visual dan kata
● Biarkan siswa auditori mendengarkan buku audio
● Berikan siswa kinestetik kesempatan untuk menyelesaikan tugas secara
online
- Produk
Pembelajaran
differensiasi dari sisi produk adalah apa yang siswa hasilkan di akhir
pembelajaran untuk menunjukkan penguasaan pembelajaran sesuai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan. Produk ini bisa berupa poyek,
laporan, video, audio, dan lain-lain. Guru dapat menugaskan siswa
untuk menyelesaikan kegiatan yang menunjukkan penguasaan kompetensi dengan cara
yang disukai siswa dan berdasarkan gaya belajar.
Contoh
pembelajaran differensiasi produk adalah sebagai berikut:
● Siswa visual dapat membuat peta konsep atau graphic oragnizer dari suatu
cerita
● Siswa auditori memberikan laporan lisan
● Siswa kinestetik membangun diorama yang menggambarkan cerita
● Siswa dengan kecerdasan linguistik dengan menulis buku laporan
- Lingkungan Belajar
Kondisi
pembelajaran yang optimal mencakup unsur fisik dan psikis. Tata
letak ruang kelas yang fleksibel adalah kuncinya, menggabungkan
berbagai jenis furnitur dan pengaturan untuk mendukung kerja individu dan
kelompok. Secara psikologis guru harus menggunakan teknik pengelolaan
kelas yang mendukung lingkungan belajar yang aman dan
mendukung.
Contoh
pembelajaran differensiasi dari sisi lingkungan belajar antara lain adalah:
● Bagi beberapa siswa ke dalam kelompok membaca untuk mendiskusikan tugas
● Izinkan siswa untuk membaca secara individuual jika diinginkan
● Ciptakan ruang yang tenang dimana tidak ada gangguan
Contoh Strategi Pembelajaran
Differensiasi
- Strategi
Pembelajaran Differensiasi Mata Pelajaran Matematika
● Menyediakan siswa dengan papan pilihan. Siswa dapt memiliki piihan untuk
belajar tentang probalitas dengan bermain game dengan teman sebaya, menonoton
video, membaca buku teks, atau mengerjakan soal di lembar kerja.
● Buat pembelajaran untuk kelompok kecil kepada individu atau kelompok
siswa yang tidak memahami konsep/kompetensi dalam pembelajaran secara klasikal
atau secara keseluruhan siswa. Ini juga memberikan waktu untuk kegiatan
pengayaan bagi siswa yang telah menguasai konsep/kompetensi yang ditetapkan.
● Gunakan bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika, terutama
untuk siswa yang sulit memahami konsep. Bahan manipulatif adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama
untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini merupakan bagian
langsung dari mata pelajaran matematika, dan dapat dimanipulasikan oleh peserta
didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar, ditambah, dipilah,
dikelompokkan atau diklasifikasikan).
● Mintalah
siswa yang sudah mengusai konsep/kompetensi pembelajaran membuat catatan untuk
siswa yang masih dalam tahap belajar untuk memahami.
● Bagi siswa
yang sudah menguasai konsep/kompetensi tuntut mereka untuk memberikan
penjelasan secara mendalam, langkah demi langkah proses penyelesaiannya dengan
tetap tidak kaku terhadap proses tersebut dengan siswa yang masih dalam tahap
mempelajarinya sampai pada jawaban yang benar.
- Strategi
Pembelajaran Differensiasi Mata Pelajaran IPA/IPS
● Menyiapkan “Stasiun Bantuan” dimana siswa saling membantu. Mereka yang
memiliki lebih banyak pengetahuan tentang konsep/kompetensi dapat mengajarkan
kepada siswa yang masih berjuang memahami konsep/pengetahuan sebagai kegiatan
bimbingan dalam pemahaman konsep/kompetensi.
● Siapkan sesi “Tanya Jawab” dimana siswa dapat mengajukan pertanyaan
kepada guru atau siswa yang lain untuk mengisi kesenjangan pengetahuan sebelum
mencoba suatu eksperimen/kegiatan.
● Buat dinding visual. Gunakan gambar dan label yang sesuai untuk membantu
siswa mengngat istilah sulit.
● Siapkan pusat minat. Contohnya saat belajar tentang dinosaurus, guru
mungkin memiliki pusat “penggalian”, pusat membaca, proyek seni yang berfokus
pada anatomi mereka dan pusat video.
● Menyediakan konten pembelajaran dalam berbagai format seperti
menayangkan video tentang dinosaurus, membagikan lembar kerja dengan gambar
dinosaurus dan labelnya, dan menyediakan lembar kerja isian dengan fakta-fakta
menarik tentang dinosaurus.
- Strategi Pembelajaran
Differensiasi Mata Pelajaran Bahasa
● Kerja kelompok dalam mata pelajaran itu penting. Dengan cara ini siswa
lebih banyak terlibat aktif dalam mengusai kompetensi bahasa. Siswa
memungkinkan diberi tugas dalam kelompok sesuai kebutuhan mereka seperti menggambar
dan meneliti.
● Tugas berjenjang dapat digunakan dalam keterampilan membaca untuk
memungkinkan siswa menunjukkan apa yang telah mereka pelajari pada tingkat yang
sesuai dengan mereka. Satu siswa mungkin membuat papan cerita visual (peta
konsep, graphic organizer) sementara siswa lain mengkin menulis laporan buku.
● Kelompok membaca dapat memilih buku berdasarkan minat atau ditugaskan
berdasarkam tingkat kemampuan membacanya.
● Guru dapat juga memberikan instruksi dengan memberikan sedikit
penjelasan eksplisit yang jelas dengan visual. Jelaskan sedikit tentang topik
secara verbal dan visual, kemudian gunakan bagan jangkar/graphic organizer,
gambar, diagram, dan panduan referensi untuk mendorong pemahaman yang lebih
jelas. Jika memungkinkan sediakan klip video untuk ditonton siswa.
● Gunakan pengelompokan yang fleksibel. Siswa mungkin berada dalam
kelompok untuk phonics berdasarkan tingkat penilaian mereka tetapi memilih
untuk berada di kelompok lain untuk membaca karena mereka tertarik pada buku
itu.
Setelah kita memahami
prinsip-prinsip pembelajaran dan sebelum membuat rancangan pembelajaran
sebaiknya kita memahami dulu lima prinsip asesmen. Prinsip-prinsip tersebut
akan dijelaskan pada paparan di bawah ini.
Prinsip-Prinsip Asesmen
- Asesmen merupakan
bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, dan
menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk pendidik,
peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan
strategi pembelajaran selanjutnya.
Asesmen
pada pembelajaran paradigma baru mengarah kepada kompetensi dengan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dilaksanakan secara terpadu dan tidak terpisah
dari pembelajaran.
Selain
terpadu asesmen juga melibatkan siswa dalam melakukan asesmen, melalui
penilaian diri (self assessment), penilaian antarteman (peer assessment),
refleksi diri, dan pemberian umpan balik antar teman (peer feedback).
2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen
tersebut, dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan
asesmen agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.
Membangun
komitmen dan menyusun perencanaan asesmen yang berfokus pada asesmen
formatif. Jadi dalam melakukan asesmen lebih banyak asesmen formatif
yang menilai proses pembelajaran sebagai umpan balik dalam suatu pembelajaran
dan bukan sekedar untuk mengumpulkan nilai untuk mengisi rapor nantinya.
Menggunakan
beragam jenis, teknik dan instrumen penilaian formatif dan sumatif sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran
dan kebutuhan siswa.
Mengkomunikasikan
kepada siswa tentang jenis, teknik, dan instrumen penilaian yang akan
digunakan. Harapannya, siswa akan berusaha mencapai kriteria yang terbaik
sesuai dengan kemampuannya.
Asesmen
Formatif
Penilaian
atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses
pembelajaran,
serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau kesulitan yang
mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi perkembangan peserta didik.
Informasi tersebut merupakan umpan balik bagi peserta didik dan juga pendidik.
● Bagi peserta didik, asesmen formatif berguna untuk berefleksi,
dengan memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta
langkah-langkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus capaiannya. Hal
ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
● Bagi pendidik, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi
pembelajaran yang digunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi
tentang kebutuhan belajar individu peserta didik yang diajarnya.
Agar
asesmen memberikan manfaat tersebut kepada peserta didik dan pendidik, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik dalam merancang asesmen formatif,
antara lain sebagai berikut:
● Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif
dirancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk
menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau
keputusan-keputusan penting lainnya.
●
Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik
dan/atau instrumen. Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif apabila
tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar.
● Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu
kesatuan.
● Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan
balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
● Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan
informasi kepada pendidik tentang kesiapan belajar peserta didik. Berdasarkan
asesmen ini, pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan
pembelajarannya dan/ atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
● Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang
kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan
mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa
yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah
angka.
Contoh-contoh
pelaksanaan asesmen formatif.
● Pendidik memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan
berkaitan dengan konsep atau topik yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
● Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran di kelas dengan meminta
peserta didik untuk menuliskan 3 hal tentang konsep yang baru mereka pelajari,
2 hal yang ingin mereka pelajari lebih mendalam, dan 1 hal yang mereka belum
pahami.
● Kegiatan percobaan dilanjutkan dengan diskusi terkait proses dan hasil
percobaan, kemudian pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta
didik.
●
Pendidik memberikan pertanyaan tertulis, kemudian
setelah selesai menjawab pertanyaan, peserta didik diberikan kunci
jawabannya sebagai acuan melakukan penilaian diri.
● Penilaian diri, penilaian antarteman, pemberian umpan balik antar teman
dan refleksi. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk menjelaskan secara
lisan atau tulisan (misalnya, menulis surat untuk teman) tentang konsep yang
baru dipelajari.
Asesmen
Sumatif
Penilaian
atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk
menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau CP peserta didik sebagai dasar
penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian
pencapaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan membandingkan
pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Sementara
itu, pada pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui
capaian perkembangan peserta didik dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk
penentuan kenaikan kelas atau kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan
hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat
ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adapun
asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:
● alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam
satu atau lebih tujuan pembelajaran di periode tertentu;
● mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan
kriteria capaian yang telah ditetapkan; dan
● menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang
berikutnya.
Asesmen
sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu
lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada
akhir semester dan pada akhir fase; khusus asesmen pada akhir semester,
asesmen ini bersifat pilihan. Jika pendidik merasa masih memerlukan
konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik, maka dapat melakukan asesmen pada akhir semester. Sebaliknya,
jika pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester
telah mencukupi, maka tidak perlu melakukan asesmen pada akhir semester.
Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan
teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya berupa tes, namun dapat
menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan
projek, dan membuat portofolio).
3. Asesmen
dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable)
untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah
selanjutnya.
Menerapkan
moderasi asesmen, yaitu berkoordinasi antar pendidik untuk menyamakan persepsi
kriteria, sehingga tercapai prinsip keadilan. Jadi dalam melaksanakan asesmen
bukan hanya secara sepihak, libatkan juga siswa baik dalam menyusun kriterianya
maupun dalam pelaksanaannya.
4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik
bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang
karakter dan kompetensi yang dicapai serta strategi tindak lanjutnya.
Laporan
kemajuan belajar hendaknya didasarkan pada bukti dan pencatatan perkembangan
kemajuan belajar siswa. Untuk format rapor diserahkan kepada satuan pendidikan
dan bisa saja lebih mengutamakan hasil asesmen formatif.
Di bawah
ini salah contoh pilihan rapor yang lebih mengutamakan asesmen formatif dalam
merancang laporannya.
5. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.
Satuan
pendidikan memiliki strategi agar hasil asesmen digunakan sebagai refleksi
oleh siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Hasil asesmen bukan untuk membandingkan antar
siswa.
Asesmen
tanpa umpan balik hanyalah data administratif yang kurang bermanfaat untuk
peningkatan kualitas pembelajaran dan asesmen. Hasil asesmen peserta didik
pada periode waktu tertentu dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi pendidik
untuk melakukan refleksi dan evaluasi.
Refleksi
oleh siswa
Asesmen/refleksi
oleh siswa bertujuan untuk:
● membangun kemandirian dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari;
● membangun budaya transparansi, objektivitas, saling menghargai, dan
mengapresiasi keragaman pendapat dalam menilai proses pembelajaran;
● membangun suasana pembelajaran yang partisipatif dan untuk memberi umpan
balik kepada pendidik dan siswa;
● melatih siswa untuk mampu berpikir kritis.
Refleksi
oleh guru
Guru perlu
melakukan refleksi diri terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan
asesmen yang telah dilakukan. Guru yang bersangkutan perlu melakukan refleksi
paling sedikit satu kali dalam satu semester.
Dalam
melakukan refleksi diri terhadap proses perencanaan dan proses pembelajaran,
pendidik dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk membantu
melakukan proses refleksi:
● Apa tujuan saya mengajar semester/tahun ini?
● Apa yang saya sukai dari proses belajar mengajar semester/tahun
ini?
● Aspek/hal apa dalam pengajaran dan asesmen yang berhasil?
● Aspek/hal apa dalam pengajaran dan asesmen yang perlu peningkatan?
● Apa yang perlu saya lakukan tahun ini untuk hal yang lebih baik tahun
depan?
● Apa saja tantangan terbesar yang saya hadapi dalam semester/tahun ini?
● Bagaimana cara saya mengatasi tantangan-tantangan tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan
ini dapat ditambah dan dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan. Selain
untuk refleksi diri, pertanyaan ini juga dapat digunakan oleh sesama guru dan
kepala sekolah.
Refleksi
Sesama Guru
Penilaian
oleh sesama guru merupakan asesmen oleh sesama guru atas perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Hal ini
ditujukan untuk membangun budaya saling belajar, kerjasama dan saling
mendukung. Sebagaimana refleksi diri, refleksi sesama guru dilakukan paling
sedikit satu kali dalam satu semester.
Berikut
adalah tiga hal yang dapat dilakukan oleh sesama guru:
●berdiskusi
mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (dapat
menggunakan/menyesuaikan pertanyaan untuk refleksi diri);
● mengamati proses pelaksanaan pembelajaran;
● melakukan refleksi terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Refleksi
oleh Kepala Sekolah
Penilaian
oleh kepala sekolah bertujuan untuk:
● membangun budaya reflektif, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mendorong terjadinya refleksi atas proses pembelajaran secara terus menerus dan
menjadi bagian yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran itu sendiri;
● memberi umpan balik yang konstruktif, merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh kepala Satuan Pendidikan untuk memberi masukan, saran, dan keteladanan
kepada pendidik untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Berkaitan
dengan refleksi ini, maka kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan dapat
melakukan beberapa hal di bawah ini.
Untuk
Kepala Sekolah:
● Kepala sekolah dapat memfasilitasi Pendidik dalam proses refleksi.
Dengan mengadakan diskusi tentang apa yang perlu dilakukan sekolah untuk
membantu proses Pembelajaran.
● Kepala Sekolah dapat pula memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik
untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan asesmen.
● Kepala sekolah dapat juga secara acak masuk untuk observasi untuk
melihat langsung proses pembelajaran di dalam kelas.
Untuk Pengawas:
Pada saat
Pengawas melakukan kunjungan, diharapkan dapat mendampingi Pendidik dalam
melakukan refleksi. Refleksi ini bisa dalam bentuk refleksi dialogis dan
bersifat non-judgmental. Dengan kata lain, guru diajak berdialog dan berpikir
terbuka namun tanpa harus menghakimi atau menyalahkan. Dalam proses refleksi,
Pengawas tidak dianjurkan meminta laporan administrasi yang membebani Pendidik.
Merencanakan
Asesmen
Apabila
pendidik menggunakan modul ajar yang disediakan, maka ia tidak perlu membuat
perencanaan asesmen. Namun, bagi pendidik yang mengembangkan sendiri rencana
pelaksanaan pembelajaran dan/atau modul ajar, ia perlu merencanakan asesmen
formatif yang akan digunakan.
● Rencana asesmen dimulai dengan perumusan tujuan asesmen. Tujuan ini
tentu berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran.
● Setelah tujuan dirumuskan, pendidik memilih dan/atau mengembangkan
instrumen asesmen sesuai tujuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memilih/mengembangkan instrumen, antara lain: karakteristik peserta didik,
kesesuaian asesmen dengan rencana/tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen,
kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan balik kepada peserta
didik dan pendidik.
Contoh
Instrumen Asesmen
Berikut
adalah contoh instrumen penilaian atau asesmen yang dapat menjadi inspirasi
bagi pendidik, yaitu:
● Rubrik. Merupakan pedoman yang dibuat untuk menilai
dan mengevaluasi kualitas capaian kinerja peserta didik sehingga pendidik dapat
menyediakan bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Rubrik juga
dapat digunakan oleh pendidik untuk memusatkan perhatian pada kompetensi yang
harus dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk kriteria atau dimensi
yang akan dinilai yang dibuat secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.
● Ceklis. Merupakan daftar informasi, data, ciri-ciri,
karakteristik, atau elemen yang dituju.
● Catatan Anekdotal. Merupakan catatan
singkat hasil observasi yang difokuskan pada performa dan perilaku yang
menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil analisis atas observasi
yang dilakukan.
● Grafik Perkembangan (Kontinum). Merupakan
grafik atau infografik yang menggambarkan tahap perkembangan belajar.
Instrumen
asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang
digunakan oleh pendidik. Di bawah ini diuraikan contoh teknik asesmen yang
dapat diadaptasi, yaitu :
● Observasi. Merupakan penilaian peserta didik yang
dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang diamati
secara berkala. Observasi dapat difokuskan untuk semua peserta didik atau
per individu. Observasi dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas
rutin/harian.
● Kinerja. Meruipakan penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam
berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja
dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat
portofolio.
● Projek. Merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu.
● Tes Lisan. Merupakan pemberian soal/pertanyaan yang
menuntut peserta didik menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara
klasikal ketika pembelajaran.
● Penugasan. Merupakan pemberian tugas kepada peserta
didik untuk mengukur pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik memperoleh
atau meningkatkan pengetahuan.`
● Portofolio. Merupakan kumpulan dokumen
hasil penilaian, penghargaan, dan karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang mencerminkan perkembangan (reflektif-integratif) dalam kurun waktu
tertentu.
● Tes Tertulis. Merupakan tes dengan soal dan jawaban disajikan
secara tertulis untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan
peserta didik. Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau
bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.
Setelah dipahami tentang
prinsip pembelajaran dan prinip asesmen sebelum membuat modul ajar sebaiknya
guru membuat rancangan pembelajaran dan asesmen terlebih dahulu untuk satu atau
beberapa tujuan pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan untuk lebih leluasa dalam
menyusun kegiatan pembelajarannya termasuk asesmennya terutama untuk asesmen
formatif. Berikut contoh format rancangan tersebut:
Berikut ini sekedar contoh
rancangan pembelajaran dan asesmen sebelum disusun dalam bentuk modul ajar. Ini
hanya sekedar contoh dan bapak/ibu guru harus menyesuaikan dengan karakteristik
siswa dan satuan pendidikannya serta ada kontekstualnya sesuai dengan
lingkungan sekitar siswa.